Wednesday, April 1, 2009

Herpes Zoster, Penyakit Kulit yang Menyiksa

Kalau kita berbicara mengenai Herpes Zoster, kita tidak dapat juga menghindari sedikit pembicaraan tentang cacar air atau varisela. Kedua penyakit ini mempunyai nama berbeda, mempunyai kelainan kulit yang berbeda, namun mempunyai penyebab yang sama yaitu virus varisela-zoster. Virus varisela-zoster (VVZ) masuk melalui mukosa saluran napas atas dan orofaring, berkembang biak serta disebarkan ke berbagai organ, terutama ke kulit dan lapisan mukosa. Bila virus tersebut masuk pertama kali ke tubuh, disebut infeksi primer dan manifestasi klinis pada kulit dan mukosa adalah cacar air (varisela). Setelah infeksi primer tersebut selesai, virus tidak hilang tuntas dari tubuh melainkan masuk ke ujung saraf sensoris dan menuju ke ganglion saraf tepi serta bersembunyi di sana untuk beberapa tahun. Pada saat ini orang yang pernah mengalami penyakit cacar air tersebut menjadi kebal terhadap virus tersebut sehingga bila terinfeksi VVZ tidak menyebabkan cacar air lagi.Selanjutnya tergantung pada pertahanan/kekebalan tubuh kita, bila menurun, merupakan faktor utama penyebab virus menjadi aktif kembali. Virus varisela-zoster berkembang biak kemudian merusak dan terjadi peradangan di ganglion sensoris. Kemudian virus menyebar dari saraf tepi tempat persembunyiannya menuju kulit serta menimbulkan manifestasi klinis yang khas di kulit, keadaan ini disebut penyakit herpes zoster.Cara penularan herpes zoster1. Pada seorang yang belum pernah mengalami infeksi VVX primer akan mudah tertular virus tersebut dengan manifestasi klinis sebagai varisela (cacar air). Tetapi bila sudah pernah mengalami infeksi cacar air maka orang tersebut tidak akan ketularan bila berdekatan dengan penderita herpes zoster. 2. Penularan VVZ dapat secara kontak langsung dengan kelainan kulit penderita herpes zoster. 3. Penularan VVZ dapat melalui udara masuk mukosa saluran pernapasan bagian atas.Gejala klinis herpes zoster. Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala prodromal (gejala awal) baik sistemik maupun gejala prodromal lokal. Gejala prodromal sistemik berupa demam, pusing, badan lemas. Gejala prodromal lokal (setempat) biasanya berupa nyeri otot-tulang, gatal, pegal, dan kulit kebas. Bentuk kelainan kulit diawali dengan bercak kemerahan pada daerah yang sesuai dengan persarafan kulit yang terkena virus (unilateral). Dalam 12-24 jam tampak bintil-bintil berair tersusun berkelompok di atas kulit yang kemerahan tersebut dan akan tumbuh terus, berlangsung selama 1-7 hari kemudian bintil berair tersebut berubah menjadi bintil bernanah dan selanjutnya mengering. Mukosa dapat juga terkena dengan bentuk sariawan dan luka. Selain itu VVZ dapat menyerang organ dalam.Kelainan kulit dapat sembuh sendiri dan luka sembuh spontan setelah dua minggu, tetapi memberikan bentuk jaringan parut. Pada orang tua penyakit ini tampak lebih parah dan lama. Bila kondisi fisik penderita sangat buruk misalnya penderita kanker, HIV dan AIDS, bintil berair di kulit dapat mengandung darah disebut herpes zoster hemoragik. Kelainan kulit ini dapat menyebar ke seluruh tubuh dan disebut herpes zoster generalisata.Komplikasi herpes zoster Nyeri. Nyeri merupakan gejala yang dialami oleh pasien herpes zoster di awal dan di akhir penyakit. a) Nyeri akut dialami penderita sebelum keluar kelainan kulit dan pada saat kelainan kulit muncul. b) Nyeri pasca-herpes zoster (NPH) disebut juga nyeri persisten yaitu rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri seperti ini sering dijumpai pada penderita berumur lebih dari 50 tahunan pada lokasi wajah. Mata. Komplikasi ke mata terjadi bila ada gangguan saraf cabang pertama nervus trigeminus. Masuknya virus menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada saraf tersebut sehingga sering ditemukan gangguan mata antara lain berupa konjungtivitis, ptosis paralitik, keratitis epitelial, skleritis, iridosiklitis, uveitis dan glaukoma. Sindrom Ramsay Hunt. Akibat gangguan saraf fasialis dan saraf otikus memberikan gejala: lumpuh otot wajah (paralisis Bell), telinga berdenging, sakit kepala seperti berputar, gangguan pendengaran dan mual. Kelumpuhan otot pada 1-5 % kasus. Biasanya timbul dalam dua minggu sejak kelainan kulit muncul, umumnya dapat sembuh spontan. Manajemen penatalaksanaan. Pengobatan penyakit herpes zoster ditujukan untuk mempercepat penyembuhan kelainan kulit, mengurangi nyeri yang akut dan pencegahan pembentukan jaringan parut. Lebih penting lagi, pengobatan harus efektif untuk mencegah terjadinya komplikasi nyeri pasca-herpes zoster (NPH). Pengobatan topikal. Pengobatan topikal dengan antivirus untuk penyakit herpes zoster tidak efektif sehingga tidak dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Pengobatan topikal tergantung pada stadium penyakit yaitu: - Stadium bintil berair: tujuan protektif untuk mencegah bintil-bintil berair menjadi pecah, dengan cara diberikan bedak. Bila luka dapat diberikan salep antibiotik. Pengobatan sistemik. Antivirus pilihannya adalah: asiklovir 5 x 800 mg sehari diberikan tujuh hari; valasiklovir 3 x 1000 mg sehari; famsiklovir 3 x 500 mg sehari. Untuk sindrom Ramsay Hunt diberikan kortikosteroid, biasanya digunakan prednison 3 x 20 mg sehari. Setelah sembuh dosis diturunkan bertahap. Untuk neuralgia pasca-herpes zoster (NPH) dapat dicoba akupunktur. Obat-obatan yang dapat digunakan amitriptilin 10-25 mg malam hari dan gapapentin. Mudah-mudahan jawaban ini bermanfaat untuk Anda dan pembaca.
Dr.Endah Purwandani, SpKK Spesialis Kulit – RS Mediros

1 comment:

Anonymous said...

dokter, saya mau tanya. kenapa herpes pada masa inaktif berada dalam ganglion saraf tepi. lalu pada gejala prodomal menyebabkan gejala pegal - pegal otot. terimakasih atas jawabannya...