Sunday, May 19, 2024

Peran Pelatih Pembina Pramuka Dalam Percepatan Pramuka Garuda



 

Oleh : Kak Momount

 

 

Tujuan pendidikan nasional salah satunya adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu: manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, memiliki etos kerja yang tinggi, bertanggung jawab, serta sehat jasmani dan rohani.

 

Hal tersebut dapat tercapai melalui kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dilakukan di sekolah diantaranya adalah kepramukaan yang dilakukan oleh gerakan Pramuka. Pendidikan kepramukaan dilaksanakan melalui gugus depan gerakan pramuka yang berpangkalan di sekolah yang bersangkutan. Program kegiatan ektrakurikuler ini memiliki tujuan sebagai wadah pembinaan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip-prinsip metode kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan kepentingan dan perkembangan bangsa dan negara Indonesia.

 

Sementara itu tujuan pembinaan ekstrakurikuler dibidang kepramukaan di sekolah adalah untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, khususnya di bidang pembinaan ke peserta didik dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik melalui kegiatan kepramukaan. Salah satu perwujudanya adalah dalam penyelesaian syarat kecapakan umum (SKU) dan syarat kecakapan khusus (SKK) serta syarat Pramuka Garuda (SPG).

 

Kwartir Daerah Jawa Tengah melalui ketuanya Siti Atikoh Supriyanti telah mencanangkan program untuk melaksananakan percepatan target pencapaian Pramuka Garuda sejak tahun 2019. Hal tersebut tercantum dalam tujuh prioritas yang tertuang dalam rencana kerja tahun 2019-2023, yakni penguatan Kwarda, penguatan gugus depan dan satuan karya Pramuka, penguatan Pusdiklatda dan Pusdiklatcab, penguatan kehumasan, optimalisasi pusat kegiatan kepramukaan “Candra Birawa,” penguatan kepedulian anggota Pramuka dan penguatan Pramuka Garuda.

  

 Untuk mencapai prioritas pencapaian tersebut, diperlukan dukungan dari semua pihak baik itu peserta didik, para Pembina, andalan dan pengurus kwartir lainya untuk bisa meraih keberhasilan dalam pencapaian program program yang akan dilaksanakan.  Dari beberapa prioritas, yang perlu menjadikan perhatian bagi kita adalah penguatan Pramuka Garuda.

 

Pramuka Garuda adalah sebutan bagi anggota muda (peserta didik) Gerakan Pramuka yang telah mencapai kecakapan dan penghargaan tertinggi dalam jenjang pendidikannya masing-masing. Maka dikenal adanya Pramuka Garuda golongan Siaga , Pramuka Garuda golongan Penggalang, Pramuka Garuda golongan Penegak , dan Pramuka Garuda golongan Pandega.                                .

     Dalam Gerakan Pramuka, setiap langkah kegiatan harus mengimplementasikan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan. Salah satu Metode kepramukaan yang kita kenal yaitu sistem penghargaan /merit system (dulu dikenal dengan istilah sistem tanda kecakapan). Kecakapan dalam kurikulum kepramukaan meliputi Kecakapan Umum dan Kecakapan Khusus, bermuara pada kompetensi dan keunggulan. Kriteria kecakapan umum disajikan dalam Syarat-syarat Kecakapan Umum (SKU), kecakapan yang harus dicapai oleh setiap anggota gerakan pramuka pada jenjangnya masing-masing. Dikuatkan dengan kecakapan khusus sebagai kompetensi penguatan dan tambahan sesuai minat dan bakat yang dimiliki dan sesuai dengan kehendak peserta didik.

Sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka, setiap pramuka juga diharapkan menjadi manusia yang berkepribadian.  Ia menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, bahkan alam semesta. Maka bukan saja sisi keunggulan kompetensi yang diraih dalam kepramukaan, namun juga dimensi keteladan. Sehingga pramuka mendorong terbentuknya manusia-manusia teladan. Karena itulah dikenal istilah Pramuka Garuda.  Pramuka yang bukan saja unggul kompetensinya, juga memiliki sifat keteladan yang layak ditiru dan dibanggakan.  Kriteria untuk menilai seseorang layak menjadi pramuka garuda dikenal dengan sebutan Syarat Pramuka Garuda (SPG).

 

 Untuk mencapai jenjang Pramuka Garuda, dibutuhkan peran Pembina dalam memotivasi peserta didiknya agar dapat menyelesaikan syarat kecakapn umum dan syarat kecakapan khusus di masing masing golongan. Ini akan berjalan bilamana Pembina tersebut dapat memahami perannya dalam gugus depan, jika tidak, maka pencapaian SKU dan SKK bagi peserta didik tidak akan berjalan, atau bisa berjalan namun kualitasnya tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.

 

Yang terjadi dilapangan saat ini, masih banyak Pembina pramuka dipangkalan yang tidak memahami prosedur dan tata cara untuk mencetak peserta didiknya menjadi seorang Pramuka Garuda. Ketidak tahuan ini yang kemudian menjadikan pencapaian target Pramuka Garuda di tingkat Daerah menjadi tersendat. Lalu, dimana peran pelatih Pembina pramuka dalam hal ini?  Sebelum itu, marilah kita mengulas tentang peran pelatih Pembina terlebih dahulu.   Yang pertama adalah untuk mengetahui peran pelatih pembina Pramuka masa kini dalam kaitannya dengan pendidikan orang dewasa, dan untuk menjelaskan peran strategis tersebut dalam meningkatkan kualitas pendidikan Kepramukaan terutama untuk pencapaian Pramuka Garuda.

 

Pramuka bagi anggota dewasa bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian. Orang dewasa ini mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi.  Konsep pendidikan orang dewasa atau dengan kata lain sering disebut dengan andragogi, merupakan sebuah konsep yang tepat dalam implementasi pendidikan dan pelatihan pembina Pramuka. Pelatih pembina dapat mengadopsi atau berpedoman pada konsep Andragogi ketika melaksanakan pendidikan dan pelatihan Kepramukaan bagi pembina Pramuka. 

 

Andragogi berasal dan bahasa Yunani “Andros” artinya orang dewasa, dan “Agogus” artinya memimpin. lstilah lain yang kerap kali dipakai sebagai perbandingan adalah “Pedagogi” yang ditarik dari kata “Paid” artinya anak dan “Agogus” artinya memimpin. Maka secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena itu, pedagogi berarti seni atau pengetahuan mengajar anak, maka apabila memakai istilah pedagogi untuk orang dewasa jelas kurang tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Sementara itu, menurut (Kartini Kartono, 1997), andragogi adalah ilmu membentuk manusia; yaitu membentuk kepribadian seutuhnya, agar ia mampu mandiri di tengah lingkungan sosialnya (Muta’alimin, 2009).


Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa andragogi merupakan cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman yang bermakna suatu proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflik-konflik sosial, melalui kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam kelompok belajar itu. Selain itu, andragogy juga merupakan suatu proses belajar yang diarahkan sendiri, dimana kira secara terus menerus dapat menilai kembali kebutuhan belajar yang timbul dari tuntutan situasi yang selalu berubah.

 

Tujuan pendidikan orang dewasa adalah untuk membantu mereka melakukan penyesuaian psikologis dengan kondisi sosial. Kemudian andagogi dapat melengkapi keterampilan yang diperlukan orang dewasa untuk menemukan dan memecahkan masalah yang menekankan pemecahan dengan keterampilan bukan isi. Andagogi juga untuk menolong merubah kondisi sosial orang dewasa. Selain itu, andagogi memberi bantuan agar orang dewasa menjadi individu bebas dan otonom (Suprijanto, 2007).

 

Maka benang merah yang dapat ditarik dari konsep pendidikan orang dewasa di atas adalah bahwa Gerakan Pramuka dalam pelatihan pembina Pramuka sangat erat bertumpu pada konsep andragogi tersebut. Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar seperti yang dilakukan dalam kegiatan-kegiatan Gerakan Pramuka. Hal penting lainya yang perlu diperhatikan dalam penerapan konsep pendidikan orang dewasa dalam Gerakan Pramuka adalah bahwa filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dimana pembina merupakaan teladan bagi sesama Pramuka.

 

Dari pembahasan hal hal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peran pelatih Pembina Pramuka adalah sebagai berikut: sebagai pelopor, sebagai mediator, dan sebagai motivator. Untuk lebih jelasnya, ketiga peran tersebut dijabarkan dalam pembahasan di bawah ini:

 

Sebagai Pelopor

     Peran pelatih Pembina pramuka sebagai pelopor dalam hal ini adalah seseorang yang pertama kali memasuki daerah tertentu, sehingga ia harus menemukan jalan untuk kemajuan daerah tersbut. Karakteristik untuk pekerjaan pelopor (yang disebut pionir) adalah kesulitan yang mereka jalani dan usaha besar yang harus mempertahankan banyak fitur yang masih hilang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pelopor berarti yg berjalan terdahulu; yang berjalan di depan.

     Terkait dengan pelatih Pembina Pramuka, pelatih pembina harus mampu menjadi yang pertama dalam menggagas pembinaan Kepramukan yang berkualitas oleh para pembina. Pelatih pembina harus memastikan bahwa pembina memiliki kompetensi yang memadai untuk membina satuan Pramuka hingga nantinya dapat mencetak peerta didik yang berkualitas, dapat menyelesaikan SKU dan SKK serta menyelesaikan SYarat Pramuka Garuda sesuai golongan masing masing.  Jadi pelatih pembina identik sebagai sosok individu yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas, dsb. Kelemahan mecolok dari seorang pelatih pembina adalah kontrol diri yang matang dengan kelebihan pelatih pembina yang paling menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri.

     Peran penting dari seorang pelatih pembina lainnya adalah pada kemampuannya melakukan perubahan. Perubahan menjadi indikator suatu keberhasilan dalam Gerakan Pramuka. Perubahan menjadi sebuah kata yang memiliki daya magis yang sangat kuat sehingga membuat gentar orang yang mendengarnya, terutama mereka yang telah merasakan kenikmatan dalam iklim status quo. Kekuatannya begitu besar hingga dapat menggerakkan kinerja seseorang menjadi lebih produktif. Keinginan akan suatu perubahan melahikar sosok pribadi yang berjiwa optimis. Optimis bahwa hari depan Gerakan Pramuka pasti lebih baik.

     Pelatih pembina Pramuka sebagai pelopor menuntut pelatih pembina agar memberikan kesempatan kepada para pembina untuk mengembangkan pribadinya, bakatnya, kemampuannya, cita-citanya melalui konsep andragogi. Dalam hal ini, pelatih pembina mengedepankan proses pendidikan yang berorientasi pada peserta didik (Students-Centered).

     Selain itu, pelatih pembina Pramuka wajib bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan kode kehormatan Pramuka. Kemudian pelatih pembina Pramuka dapat menerapkan model pembisaaan dalam rangka memainkan perannya sebagai pelopor. Hal ini sejalan dengan pendidikan karakter dalam Al Quran yang menekankan keseimbangan antara ilmu dan amal, praktik keilmuan melalui pembiasaan. Islam sangat memperhatikan aspek penerapan ilmu karena proses pendidikan perilaku tanpa didukung dengan pembiasaan diri, maka pendidikan itu hanya menjadi angan-angan belaka (Syafri, 2012).

 

Sebagai Mediator

     Pelatih pembina sebagai mediator adalah orang yang mampu membantu menyelesikan permasalahan pembinaan Kepramukaan di satuan atau di daerahnya. Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Jadi, peran mediator hanyalah membantu para pihak dengan cara tidak memutus atau memaksakan pandangan atau penilaiannya atas masalah-masalah selama proses mediasi berlangsung kepada para pihak.

     Dalam konteks yang lebih luas Gerakan Pramuka bisa digunakan sebagai mediator pembentukan karakter bangsa untuk menanamkan nilai positif dari keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. oleh karena itu, pelatih pembina harus lebih dulu mengambil alih peran mediator tersebut sebelum mendidik dan melatih para pembina Pramuka dan para anggota Pramuka secara luas agar menjadi agen atau mediator perubahan karakter generasi muda.

     Sebagai mediator pelatih pembina hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan Kepramukaan karena hal tersebut merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses pendidikan Kepramukaan. Dengan demikian jelaslah bahwa Gerakan Pramuka merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan di Indonesia.

     Sebagai mediator pelatih pembina hendaknya menciptakan kualitas lingkungan yang interaktif secara maksimal, mengatur arus kegiatan pembina, menampung semua persoalan yang diajukan para pembina dan mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada pembina yang lain untuk dijawab dan dipecahkannnya, lalu pelatih pembina bersama pembina lainnya harus menarik kesimpulan atas jawaban masalah sebagai hasil belajar. Untuk itu pelatih pembina harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.

     Pelatih pembina sebagai mediator juga menempatkan pelatih pembina sebagai sumber belajar yang berarti bahwa mereka menjadi kunci dalam setiap latihan dan kegiatan Kepramukaan. Pelatih pembina harus merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi setiap latihan yang diberikan. Kegiatan Kepramukaan harus dilakukan dalam bentuk kegiatan nyata dengan contoh-contoh nyata, dimengerti dan dihayati, atas dasar minat dan karsa para peserta didik.

 

     Dalam hal ini pelatih pembina dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan wawasan yang luas. Pelatih pembina wajib mempunyai ilmu dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang sesuai. Apabila pelatih pembina memiliki kompetensi yang memadai, tentu saja proses pembinaan Kepramukaan dapat menjamin meningkatnya pengetahuan dan keterampilan para pembina lainnya. Hal ini sejalan dengan konsep andragogy bahwa pendidikan ornag dewasa dapat melengkapi keterampilan yang diperlukan orang dewasa untuk menemukan dan memecahkan masalah yang menekankan pemecahan dengan keterampilan bukan isi (Suprijanto, 2007).

 

Sebagai Motivator

     Peran pelatih pembina sebagai motivator harus memastikan para pembina lain mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi. Dalam hal ini, pelatih Pembina dapat memperhatikan unsur-unsur pendidikan melalui proses (1) belajar untuk berfikir; (2) belajar untuk melakukan; (3) belajar untuk menjadi dirinya sendiri; dan (4) belajar untuk hidup bersama. Selain itu, pelatih pembina dapat pula memperhatikan konsep andragogi seperti yang telah dijelaskan pada bab dua makalah ini.

     Adisusilo (2012) menjelaskan bahwa motivasi adalah daya dorong yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Oleh karena itu, pelatih pembina sangat berperan dalam menumbuhkan motivasi dengan cara menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi Kepramukaan bagi kehidupan pembina secara khusus dan peserta didik di kemudian hari.

     Dalam Islam, motivasi harus diberikan dengan mengikuti fitrah manusia karena motivasi menyentuh sifat dasar manusia (fitrah) yang menyukai kebaikan dan membenci keburukan, motivasi ini akan menyeimbangkan aspek akal, jasmani, serta jiwa atau hati. Ketiganya harus seimbang, tidak pincang (Syafri, 2012).

     Kesimpulannya, Pelatih Pembina Pramuka dituntut untuk dapat memberikan pemahaman bagi para Pembina Pramuka di daerahnya, tidak hanya saat melaksanakan Kursus Pembina Pramuka, namun juga melakukan kontroling, monitoring dan bimbingan melalui kwartir ranting di wilayahnya agar nantinya para Pembina dapat menyamakan persepsi terutama untuk dapat mencetak Pramuka Garuda berkualitas sesuai standar yang diharapkan.

     Akan tetapi ini juga menjadi tugas Pusdik, dimana para pelatih ini bernaung. Pusdiklat harus mampu menyeragamkan visi dan misi para pelatih Pembina Pramuka tentang pencapaian Pramuka Garuda, baik prosedur, Persyaratan maupun hal hal lain msialnya penyusunan portofolio, penampilan peserta didik dan lainnya.  Pusdiklat dapat mengusulkan program kepada Kwartir Cabang atau Kwartir Daerah untuk menyelenggarakan kegiatan Gelar SKU atau Gelar Pramuka Garuda serentak. Atau kegiatan lain yang outputnya nanti adalah Pramuka Garuda berkualitas.

     Selain itu pusdiklat juga dapat memberikan dukungan kepada kwartir ranting untuk dapat melaksanakan uji pramuka Garuda di ranting tanpa mengurangi esensi dari seleksi Pramuka Garuda  itu sendiri.  Sehingga para penguji Pramuka Garuda di tingkat ranting, kualifikasinya akan sama dengan penguji Pramuka Garuda di tingkat Cabang atau Daerah. Yang kemudian, hasil akhirnya adalah jumlah Pramuka Garuda yang dihasilkan bisa lebih banyak bila dibandingkan seleksi Pramuka Garuda hanya dilakukan di tingkat Kwartir Cabang saja.

     Ambil contoh saja di Kota Semarang. Pada tahun 2020, jumlah Pramuka Garuda yang dilantik tidak mencapai angka 50 dari semua Golongan, baik Siaga, Penggalang, Penegak maupun Pandega. Saat itu uji Pramuka Garuda dilaksanakan hanya di tingkat cabang. Namun di tahun 2021, setelah pelaksanaan uji Pramuka Garuda didelegasikan ke masing masing Kwartir Ranting yang ada di Kota Semarang, Jumlah Pramuka Garuda Yang dilantik pada tanggal 10 November 2021 adalah sejumlah 253 Peserta.

     Hal ini membuktikan banhwa peran pelatih Pembina dibutuhkan untuk dapat memberikan pemahaman bagi Pembina di gugus depan untuk dapat melaksanakan uji SKU dan SKK di pangkalan serta membimbing adik adiknya untiuk dapat memenuhi Syarat Pramuka Garuda. Jika Pelatih Pembina Pramuka tidak bergerak untuk memberikan pengertian dan pemahaman tentang itu, maka pencapaian target Pramuka Garuda di Jawa Tengah akan lamban pemenuhannya. Aelain itu, dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari gugus depan dan kwartir ranting sangat berperan penting dalam percepatan pemenuhan Pramuka Garuda di Jawa Tengah.

    

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

https://irwanmaulana.blogspot.com/2018/03/pramuka-garuda-makin-bergengsi.html

Muta’allimin, M. 2009. Konsep dan Metode Pembelajaran untuk Orang Dewasa (Online). Dapat diakses pada: http://nasacenter.blogspot.com/2009/11/konsep-dan-metode-pembelajaran-untuk.html.

Pramuka Ma’arif. 2011. Saka Wirakartika (Online). Dapat diakses pada: http://scoutingmaarif.wordpress.com/sakasatuan-karya/ saka-wira-kartika.

Saka Wirakartika Kayen. 2011. Saka Wirakartika (Online). Dapat diakses pada:  http://sakawirakartikakayen.blogspot.com/

Suprijanto,H. 2007. Pendidikan Orang Dewasa; dari Teori hingga Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Syafri, Ulil Amri. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an. Depok: Rajagrafindo Persada, PT.

Tim Esensi Gerakan Pramuka. 2012. Mengenal Gerakan Pramuka. Jakarta: Penerbit Erlangga.